Jumat, 05 Juni 2009

KETIKA TEKNOLOGI TIDAK SEJALAN DENGAN BAHASA

Menyikapi berita yang sedang gencar baru-baru ini, saya mulai tertarik untuk memberikan pendapat mengenai hal tersebut. Ya, kasus seorang ibu yang dipenjara gara-gara e-mail. Sekilas memang terlihat aneh, namun setelah saya baca isi "curhat" yang dikirimkan melalui e-mail tersebut...saya jadi sedikit maklum mengapa pihak yang disangkut-sangkut dalam pesan tersebut tidak terima atas isi surat tersebut dan melaporkan bahwa itu adalah pencemaran nama baik. Saya tidak akan panjang lebar membahas dari berbagai sisi, apalagi dari segi hukum, saya hanya akan membahas dari segi kebahasaan yang digunakan oleh Ibu tersebut untuk menyampaikan "curhat" nya.

Sebelumnya saya tekankan bahwa disini saya hanya ingin mengambil pelajaran bahwa betapa bahasa itu sangat berpengaruh dalam kehidupan kita. "Language is a means of communication", bahasa adalah alat untuk berkomunikasi. Jadi mohon maaf apabila ada pihak yang tidak berkenan dengan tulisan saya.

Ironis memang ketika seseorang menyampaikan pendapatnya namun harus berujung di meja hijau. Bukankan setiap individu mempunyai hak berbicara dan mengemukakan pendapat? Lalu apa yang salah dari semua ini? Mungkin cara kita menyampaikan pendapatlah yang salah. Berikut adalah analisa saya:

Pertama, yang saya tahu, apa yang disebut curhat itu pada umumnya disampaikan dalam bahasa yang tidak formal dan tidak terlalu mendetail. Namun setelah saya membaca isi e-mail tersebut, terlebih setalah melihat subject e-mailnya, ternyata bahasa yang digunakan adalah bahasa yang cenderung formal dan tidak terlihat seperti sedang "curhat", sangat detail. Tentu maksud pesan tersebut akan sangat berbeda apabila disampaikan dalam bahasa yang tidak formal, dalam bahasa yang biasa kita pakai untuk menyampaikan unek-unek kita.

Kedua, mari kita menganalisis isi e-mail tersebut menggunakan functional grammar. Semua kalimat pernyataan yang ditulis P.M (inisial korban) adalah unmodulated statement yang mempunyai tingkat keyakinan tinggi (high certainty).

Selain itu, saya juga tidak menemukan adanya relational processes dalam pesan tersebut. Padahal proses relasional sangat penting untuk menghindari fakta absolut (callaghan and Rothery, 1988, p.75) yang memungkinkan untuk diperdebatkan (yang dapat menjadi perdebatan) (Martin, 1985, p.31).

Disini dapat kita lihat betapa cara kita menyampaikan sesuatu, bagaimana kita berbahasa akan sangat berpengaruh terhadap cara orang menangkap pesan tersebut. Apalagi jika kita menyampaikannya melalui media elektronik (nonverbal communication), melalui virtual world, dimana "intonasi dan gesture" yang juga penting dalam sebuah komunikasi menjadi invisible, maka akan sangat besar kemungkinan terjadinya kesalahpahaman.

Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan, bagi teman-teman yang ingin berargumen atau tidak setuju dengan tulisan saya...saya tunggu comment nya. Dan bagi yang belum membaca isi e-mail yang ditulis oleh P.M, bisa dilihat disini click


Semoga masalah ini bisa segera terselesaikan, dan untuk pihak-pihak yang terkait semoga diberi ketabahan dalam menyikapi masalah ini. Amin...