Jumat, 10 Juli 2009

T.T


FB ku masiyh disabled :'(

I want u back :'(

Jumat, 05 Juni 2009

KETIKA TEKNOLOGI TIDAK SEJALAN DENGAN BAHASA

Menyikapi berita yang sedang gencar baru-baru ini, saya mulai tertarik untuk memberikan pendapat mengenai hal tersebut. Ya, kasus seorang ibu yang dipenjara gara-gara e-mail. Sekilas memang terlihat aneh, namun setelah saya baca isi "curhat" yang dikirimkan melalui e-mail tersebut...saya jadi sedikit maklum mengapa pihak yang disangkut-sangkut dalam pesan tersebut tidak terima atas isi surat tersebut dan melaporkan bahwa itu adalah pencemaran nama baik. Saya tidak akan panjang lebar membahas dari berbagai sisi, apalagi dari segi hukum, saya hanya akan membahas dari segi kebahasaan yang digunakan oleh Ibu tersebut untuk menyampaikan "curhat" nya.

Sebelumnya saya tekankan bahwa disini saya hanya ingin mengambil pelajaran bahwa betapa bahasa itu sangat berpengaruh dalam kehidupan kita. "Language is a means of communication", bahasa adalah alat untuk berkomunikasi. Jadi mohon maaf apabila ada pihak yang tidak berkenan dengan tulisan saya.

Ironis memang ketika seseorang menyampaikan pendapatnya namun harus berujung di meja hijau. Bukankan setiap individu mempunyai hak berbicara dan mengemukakan pendapat? Lalu apa yang salah dari semua ini? Mungkin cara kita menyampaikan pendapatlah yang salah. Berikut adalah analisa saya:

Pertama, yang saya tahu, apa yang disebut curhat itu pada umumnya disampaikan dalam bahasa yang tidak formal dan tidak terlalu mendetail. Namun setelah saya membaca isi e-mail tersebut, terlebih setalah melihat subject e-mailnya, ternyata bahasa yang digunakan adalah bahasa yang cenderung formal dan tidak terlihat seperti sedang "curhat", sangat detail. Tentu maksud pesan tersebut akan sangat berbeda apabila disampaikan dalam bahasa yang tidak formal, dalam bahasa yang biasa kita pakai untuk menyampaikan unek-unek kita.

Kedua, mari kita menganalisis isi e-mail tersebut menggunakan functional grammar. Semua kalimat pernyataan yang ditulis P.M (inisial korban) adalah unmodulated statement yang mempunyai tingkat keyakinan tinggi (high certainty).

Selain itu, saya juga tidak menemukan adanya relational processes dalam pesan tersebut. Padahal proses relasional sangat penting untuk menghindari fakta absolut (callaghan and Rothery, 1988, p.75) yang memungkinkan untuk diperdebatkan (yang dapat menjadi perdebatan) (Martin, 1985, p.31).

Disini dapat kita lihat betapa cara kita menyampaikan sesuatu, bagaimana kita berbahasa akan sangat berpengaruh terhadap cara orang menangkap pesan tersebut. Apalagi jika kita menyampaikannya melalui media elektronik (nonverbal communication), melalui virtual world, dimana "intonasi dan gesture" yang juga penting dalam sebuah komunikasi menjadi invisible, maka akan sangat besar kemungkinan terjadinya kesalahpahaman.

Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan, bagi teman-teman yang ingin berargumen atau tidak setuju dengan tulisan saya...saya tunggu comment nya. Dan bagi yang belum membaca isi e-mail yang ditulis oleh P.M, bisa dilihat disini click


Semoga masalah ini bisa segera terselesaikan, dan untuk pihak-pihak yang terkait semoga diberi ketabahan dalam menyikapi masalah ini. Amin...

Sabtu, 09 Mei 2009

Kapan Lagi Bilang Aluphu +_+

Dewi Sandra - Kapan Lagi Bilang I Love You


* Kau pernah bilang aku

Setengah matimu mengejar cintaku

Tapi sekarang kamu bukanlah kekasih yang ku kenal dulu

Kau berubah semakin jauh

Sudah tak mencintaiku lagi


Reff :

Kapan lagi kau puji diriku

Seperti saat engkau mengejarku

Kapan lagi kau bilang I love you

I love you yang seperti dulu

Yang dari hatimu


repeat *


Kapan lagi kau puji diriku

Seperti saat engkau mengejarku

Kapan lagi kau bilang I love you

I love you yang seperti dulu


repeat reff



Lirik lagu Dewi Sandra - Kapan Lagi Bilang I Love You ini dipersembahkan oleh LirikLaguIndonesia.Net. Kunjungi DownloadLaguIndonesia.Net untuk download MP3 Dewi Sandra - Kapan Lagi Bilang I Love You.

Aku Vs Cosymbotus Platyurus (Cicak)

Entah kenapa…aku bisa begitu membenci dan jijik melihat ciptaan tuhan yang satu ini.
Ya…CICAK. Binatang kecil pucat pasi yg biasa tinggal di langit-langit kamar dan merayap di dinding.
Awalnya sih biasa saja, tidak ada perasaan takut sedikitpun melihat makhluk itu melenggak siang malam berjalan menyusuri tembok dan langit-langit kamarku. Sampai akhirnya….

Waktu itu aku masih duduk di bangku SMP. Di kamarku, tepat di dinding dimana tempat tidurku bersandar…aku melihat binatang itu tampak berbeda dari biasanya.
Ukurannya lebih besar, ada sedikit pembengkakan di bagian perutnya, warnanya seperti cokelat murni kesukaanku, cokelat tanpa campuran susu, cokelat pekat, ah tidak…hampir hitam tepatnya. Tak sedikitpun dia menggerakan badanya, makhluk itu hanya membiarkan tubuhnya menghiasi dinding kamarku. Tak usah dihiraukan. Akupun keluar kamar untuk bermain seperti halnya anak-anak lain seusiaku.

Ketika aku kembali ke kamar…
Aku tak lagi mendapati makhluk itu bergaya ala patung di dinding di atas tempat tidurku. Yang ku dapati hanyalah sketsa cicak di warnai darah yang membekas di dinding.

Aku takut. Ku periksa tempat tidurku, ku angkat bantalku.
Dan…Oh Tuhan..!!! Aku menemukannya..!!! Makhluk itu jatuh di sekitar bantalku. Badannya kaku, ada lubang di sekitar perutnya, bercak darah dan bau bangkai membuat pemandangan semakin sempurna–sempurna menjijikan.

Aku ceritakan peristiwa tragis itu pada ibu, dia bilang cicak itu baru saja melahirkan (Loh??? Sepengetahuanku binatang melata itu bertelur, bukan beranak)
Ooh..melahirkan telur barangkali maksud ibuku.

Rupanya sang pemangsa nyamuk itu sudah tak bernyawa lagi semenjak memarkirkan tubuhnya di dinding tadi. Mungkin perekatnya habis sehingga tubuhnya terjatuh. Ups, bukan perekat yg selama ini membuat nya mampu merayap di dinding tanpa terjatuh. Melainkan sekitar 500 ribu bulu halus pada telapak kakinya yang mengandung senyawa keratin (ini menurut penelitian orang lain, jangan berfikir aku yang melakukannya :D)

Segera ku minta ibu untuk membuang bangkainya dari kasurku, ku ganti sprei yg telah menjadi saksi bisu kematian sang pemangsa nyampuk yang legendaris itu. Mengapa ku katakan legendaris? Karena lagunya begitu terkenal khususnya dikalangan anak-anak.

BERHASIL…!!! Kejadian itu berhasil menyihirku menjadi seseorang yg nantinya—sampai beberapa tahun kedepan—akan sangat anti terhadap makhluk kecil itu.

Di hari-hari berikutnya semakin sering kujumpai makhluk itu tak lagi berada pada zona aman; zona dimana seharusnya dia berada.

"..cicak-cicak di dinding diam-diam merayap, datang seekor nyamuk, hap..lalu ditangkap.."
Anda tentu sudah tidak asing lagi bukan dengan lagu itu? Ya, memang dindinglah habitatnya, tempat yang sewajarnya. Namun semenjak kejadian itu…sepertinya sang cicak mulai memperluas pergaulannya. Kadang melintas di lantai, di belakang pintu, di dalam lemari, bahkan…

Siang itu aku berniat untuk melaksanakan kewajibanku sebagai seorang anak; membantu meringankan pekerjaan ibu dengan mencuci piring dan gelas-gelas kotor.
Aku mengambil gelas berisi ampas kopi dan mengisinya dengan air agar ampasnya terbuang.
Tapi..,saat itu juga seekor makhluk kecil muncul ke permukaan gelas, megap-megap seperti orang kehabisan nafas. Siapa lagi kalau bukan cicak si makhluk nakal itu.

Menjerit dan Menjauh. Itulah gerakan refleks sebagai akibat dari rangsangan yang diterima oleh saraf sensori yang langsung disampaikan ke neuron perantara dalam tubuhku. Teman, ilmiah sekali bukan kalimat tadi :D?
Kata-kata itu terlalu bagus jika dibandingkan dengan perbuatan yang selanjutnya aku lakukan.

Aku mengurungkan niat untuk mencuci piring. Dan membiarkan barang-barang (baca : piring dan gelas kotor) beresarakan di dapur. Walhasil bukanya membantu meringankan beban ibu, malah membuatnya semakin repot. Gara-gara siapa?? GARA-GARA CICAK.

Aku pikir dua peristiwa itu sudah cukup jelas untuk mendeskripsikan bagaimana makhluk tak berdosa itu menjadi makhluk yang paling menjijikan untukku.

Sebenarnya masih banyak rentetan kejadian lain dimana pemeran utamanya adalah kami (aku dan cicak) entah siapa yang berperan sebagai tokoh protagonis dan antagonis.
Mengingat-ngingat dan menceritakannya hanyak akan membuatku bergidik.

Pantas atu tidak ketakutanku ini disebut FOBIA..aku tidak tahu.

Yang jelas, sampai saat ini perspektifku terhadap cicak sebagai makhluk aneh dan menjijikan belum bisa diubah. Namun jauh di lubuk hati yang paling dalam (lebaay :D) ada keinginan untuk berdamai dengan binatang yang nama latinnya Cosymbotus Platyurus itu.

Selasa, 21 April 2009

it was...

The Miracle Behind The Most Catastrophic Moment...

After graduating from junior high school, I proceeded to Madrasah Aliyah Negeri 2. It is a moslem school. Here I got more knowledges about Islam. Every girl had to wear veil.

In this school, I experience a great moment when the most catastrophic moment “Tsunami” gave me such kind of miracle. Well, it’s too excessive excessive to say that in that way, but there are no other words to express it.

Now, let me tell you more detail.

When I was in the third grade of senior high school, my english teacher asked us to make a speech about Tsunami. To be honest, I was really really bad in this subject, my scores were never good. I hated it so. How could I make the speech then?? I told my mom about it and she suggested me to ask for somebody help. I knew whom to ask. He was a college student of english department. His boarding house was nearby my house. Fortunately, he disposed to make a speech for me.

The day after, I collected it to my teacher. She chose the best one to read in front of the class. Surprisingly, she called my name and chose my speech as the best one. I came forward to read it, I didn’t even know how to pronounce each words. I realized my reading was weird, I was so nervous at the time. After finishing it, my teacher gave me a compliment, she said that the speech was good but I need to improve my reading. My heart said “don’t be proud rizqi, it wasn’t yours”. Lucky me, my teacher was not suspicious at all. Afterwards, my friends and my teacher considered me as the smart one. Of course it raised me up, it gave me such kind of motivation to study english hard because I needed to prove that I could. In the next days, my english became better and better. I started loving english, i didn’t hate this subject anymore. Thanks God...

Finally :P

akirnya sempet bikin blog juwga,,
hkhk
seneng deyh,,mulai membiasakan menulis aaaaaah
tp bingung :D